CATATAN PINGGIR: Bolmong Torang Samua Punya!
Oleh: Chandra Mokoagow
Perhelatan Politik di Bolmong bukan ajang mencari pemimpin suku ataupun ajang menentukan pemimpin agama tertentu.
Melainkan mencari pemimpin yang memiliki rekam jejak yang jelas. Baik itu predikat dalam berpolitik, bersosial serta mampu merangkul semua golongan di masyarakat.
Kalau indikator pemimpin harus didasarkan pada kesukuan, maka jangan berharap jika kedepannya para pemimpin akan melindungi rakyat yang bukan dari bagian suku Bolaang Mongondow.
Kata Bung RG (Rocky Gerung maksudnya) calon pemimpin itu minimal memiliki 3 indikator: pertama Etikabilitas, Intelektualitas baru kemudian Elektabilitas. Melihat kebelakang ini, 3 indikator itu serupa diasingkan yang kemudian didahulukan pada isu-isu Primordial ataupun politik identitas.
Mirisnya, para penghamba (tukang bue’) ini dengan pongahnya mentafsir bahwa gaya politik indentitas adalah hal yang biasa dan wajar dalam momentum politik. Jika boleh berandai: maka andaikata Soekarno dan Hatta boleh bangkit dari peristirahatan kekalnya, saya yakin dan percaya orang-orang semacam ini akan dihantam habis-habisan (mo dapa tampeleng kalau orang Jepang bilang).
Dengan pribadi yang masih fakir ilmu per-politik-an ala penjahat India ini, saya yakin dan percaya bahwa di Bolaang Mongondow ini masih banyak orang-orang memiliki mimpi yang sama (cuma baku malu mo mangaku).
Dari sudut yang tak terlalu jauh, pun tak begitu dekat, saya do’akan semoga para calon-calon pemimpin Bolaang Mongondow kedepan (siapapun itu) mampu melihat kondisi nyata dan benar-benar pro kepentingan rakyat. Bukan hanya semata-mata berpihak kepada kepentingan kelompok dan relasi.
Paling utama, semoga Calon Bupati dan Wakil Bupati ada banyak persiapan (Kuti-kuti kalu orang Jerman bilang). Pun kalau belum ada persiapan yang banyak, maka perbanyak dulu amalan bukan Ambilan (maksudnya jangan dulu ba utang dari sapa tau nyandak mo jadi)
Inggay moyokapit, motobatu’ molintak kon Totabuan. Tompiaay in bahasa, Mototabian, Mototompiaan bo’ Mototanoban
Catatan ini dibuat oleh tukang tulis yang paling hobi bagara mar cuma sampe dibaku gara. Tinggal di Doloduo Tiga, baku birman deng sudarah. Dihalaman rumah ada pohon Matoa 3 pohon (satu so mati), ada juga tiang listrik so puluhan taong.