Terastoday.com, NASIONAL– Beberapa waktu terakhir, harga minyak Nilam (Pogostemon cablin Benth) terus melejit naik di kisaran harga Rp 830.000 hingga Rp 900.000 per kilogram.
Hal ini pun menjadi minat tersendiri bagi petani Nilam untuk terus memanfaatkan lahannya. Pasalnya saat ini harga minyak Nilam (minyak Atsiri) sangat menggiurkan bagi pembudidaya tanaman Perdu berakar serabut tersebut.
Salah satunya di Kecamatan Dumoga Barat, Kabupaten Bolaang Mongondow, dimana kebanyakan masyarakat terus memanfaatkan lahan tidur untuk budidaya Nilam.
Baca Juga: Kabar Baik, Harga Jagung Tembus Rp 5.000 per Kilogram
Menurut sejumlah petani Nilam, meski masa panen lebih lama dari tanaman lainnya. Namun, proses produksi Nilam lebih enteng serta tidak membutuhkan biaya yang begitu besar.
“Dari sejak masa tanam hingga pada saat panen, tanaman ini (Nilam) masih lebih terjangkau. Bahkan sebelum di produksi menjadi minyak, petani pun sudah bisa mendapatkan pundi-pundi rupiah hanya dengan menjual bibit,” tutur Afdal yang juga salah satu petani Nilam di Desa Doloduo.
Sementara itu Romi Mokoagow, salah satu penampung hasil minyak Nilam di Desa Doloduo, Kecamatan Dumoga Barat, kepada Terastoday.com, membenarkan harga minyak Nilam yang terus mengalami kenaikan.
“Sebelumnya harga minyak Nilam hanya Rp 700.000 per kilogramnya, namun sejak beberapa bulan terakhir sudah naik menjadi Rp 830.000,” bebernya.
Menurut Romi, harga minyak Nilam tersebut bukan tidak mungkin akan terus naik hingga mencapai Rp 900.000 per kilogram.
“Kalau sampai di harga hampir 1 jutaan begitu, maka bukan tidak mungkin taraf kesejahteraan masyarakat khususnya para petani Nilam juga akan meningkat,” imbuhnya.
Seperti diketahui, minyak Nilam (minyak Atsiri) adalah salah satu komoditas unggulan di Indonesia. Yang dimana, minyak Nilam memiliki sejumlah khasiat, termasuk sebagai bahan dasar obat-obatan.
Di Indonesia, 90% kebutuhan minyak Nilam dunia di sokong oleh petani Nilam di seluruh pelosok nusantara.
Meski demikian, pemerintah belum bisa mematok harga jual-beli minyak Nilam. Hal ini dikarenakan Indonesia masih tercatat sebagai price taker saja jika dibandingkan Amerika yang merupakan pengimpor minyak Nilam terbesar di dunia.
Editor: Chandra Mokoagow